Peserta Magang di Jepang – Di Pabrik suara mesin yang selalu berdesing akan menjadi santapan setiap hari bagi kenshuusei yang ada di Jepang. Belum lagi tambahan dari suara hanchouu yang seakan berkeliling mengatakan ayo semangat, kalau dalam istilah Jepangnya ganbate, ganbate. Sembari mengingatkan jangan sampai ada barang yang cacat atau riject.
Terkadang jikalau ada pekerjaan yang kurang rapi, tidak betul, atau ada cacatnya sedikit langsung kena omelan. Kita hanya sebagai bawahan mau tidak mau harus menerima dan sabar. Begitulah sebuah cerita atau gambaran seorang kenshuusei atau peserta magang yang berada di Jepang.
Yang dianggap sebagai status idaman, bahkan impian para masyarakat lainnya. Mengapa sebagain idaman? Karena hampir di setiap provinsi bahkan daerah, ketika mengadakan perekrutan magang di Jepang banyak orang hingga ratusan yang mendaftar. Memang banyak yang diterima namun lebih banyak lagi yang tidak lulus. Sebab ujian atau yang biasa disebut tes sangatlah sulit, bukan sembarangan orang mudah lulus.
Tes Awal Peserta Magang di Jepang
Saat sudah lulus administrasi, akan ada tes psikotest, ada tes kesehatan yang melingkupi seluruh organ dalam hingga organ luar tubuh kita. Mata masih normal atau ada minus, semuanya dicek. Giginya ada yang berlubang atau tidak.
Setelah itu lanjut ke tes matematika, tes perhitungan, kejelian, hingga ketelitian dalam penjumlahan, perkalian serta pembagian. Kalau sampai tidak lulus, ya pulang dengan sedih hati. Kemudian tes fisik, yang meliputi lari sejauh tiga kilometer dengan waktu hanya 15 menit.
Lalu sit up, push up dan lain sebagainya. Selanjutnya terdapat tes bahasa Jepang, Katakana dan hiragana lalu jangan lupa grammarnya. Kalau tidak belajar dengan benar, jangan mengharapkan akan lulus. Setidaknya kita sudah harus persiapan dengan mengikuti kursus bahasa Jepang. Sehingga sudah ada persiapan, meskipun tidak menjamin kelulusan. Lalu kemudian terdapat tes wawancara, dan terakhir tes medical check up.
Jika diperhatikan dengan teliti, tes yang saya jabarkan diatas begitu rumit bahkan sangat menguras waktu, tenaga hingga biaya. Sebenarnya sebegitu rumitnya agar dapat tersaring para pemuda dan pemudi negeri yang terbaik dan mempunyai mental yang kuat. Hal tersebut dikarenakan bekerja di Jepang berbeda dengan bekerja di negeri sendiri.
Situasi Kerja Peserta Magang di Jepang
Perbedaan situasinya, perbedaan musimnya, berbagai makanannya, cara memakai kamar mandi, cara memakai tissue kamar mandi, kita harus beradaptasi dan mau tak mau harus melakukan kebiasaan yang sama dengan orang Jepang.
Untuk makanannya juga terdapat ikan mentah, bagi yang tidak terbiasa jangan sampai coba-coba. Karena bukan rasa kenyang yang didapat tetapi isi perut yang dikeluarkan lewat muntah. Saat musim dingin tiba, setidaknya kita sedia pakaian hangat, pakai pakaian yang berlapis-lapis untuk menghangatkan badan juga termasuk solusi terbaik.
Kemudian saat berganti dengan musim panas, suhunya dapat mencapai 40 derajat. Sehingga harus selalu sedia air minum agar tidak dehidrasi. Karena sudah banyak korban meninggal disebabkan dehidrasi, jadi kita harus selalu berkecukupan ion di dalam tubuh kita. Panas yang begitu hebat, hingga seakan jalanannya dapat untuk menggoreng telur.
Maka dari itu, disaat kita merasa galau, karena beban berat pekerjaan di Jepang. Karena atasan yang sangat menyebalkan, karena jam kerja yang ekstrim dan lain sebagainya. Bahkan terdapat beberapa orang yang kabur dan memilih menjadi peserta ilegal, banyak juga yang mendapatkan sedikit lemburan, sehingga keluarga sudah menanti uang kiriman terasa berat untuk terpenuhi.
Hingga terdapat peserta magang yang frustasi menghadapi permintaan kiriman uang dari keluarga yang ada di kampung. Bahkan ada juga peserta magang di Osaka menjadi gila karena tuntutan pekerjaan yang sangat berat hingga dari keluarganya yang ada di kampung.
Himbauan Yang Tentang Pelaksanaan Magang di Jepang
Untuk itu para orangtua yang sedang ditinggal anaknya magang di Jepang harus lebih sabar dan setidaknya memperhatikan kondisi anaknya yang ada di Jepang. Kalau bisa orangtua tidak menargetkan untuk mengirimkan uang sekian juta setiap bulannya. Sebab situasi pekerjaan di Jepang sangat berbeda dengan bekerja di negeri sendiri.
Namun bukan hanya itu saja, terdapat para peserta magang yang tidak ingat apa sebenarnya tujuan mereka kesini. Mereka lebih mementingkan hura-hura karena menganggap mereka masih berumur 20 tahunan, masih freshgaduate, mendapatkan gaji yang besar, dia bahagia hingga lupa semuanya dan memilih untuk berfoya-foya. Ketika akan pulang timbul perasaan menyesal, karena tabungan tidak ada.
Memang ini sudah menjadi fakta, saat para peserta magang di Jepang berfoya-foya, tidak membawa apa-apa saat kembali ke negeri sendiri. Semua sudah terlambat, karena masa depan ada ditangan kita masing-masing bukan ada di tangan orang lain.
Hal ini dapat diingat, agar tidak sia-sia bekerja jauh hingga ke Jepang. Kita pun harus ingat dan lihat ke belakang. Bagaimana perjuangan kita untuk sampai ke Jepang? Coba lihat kembali berapa ratus pemuda dan pemudi negeri kita yang sangat mengimpikan posisi kita saat ini untuk magang di Jepang.
Untuk itu kita harus bisa lebih fokus pada tujuan kita menjadi peserta magang di Jepang. Karena adanya masalah yang menghampiri kita, seperti pekerjaan, masalah tekanan dari atasan, masalah gaya hidup di Jepang dan lain sebagainya adalah masalah yang biasa. Jangan sampai berbagai masalah yang kita hadapi menjadikan kita merasa sedih berlarut-larut, merasa down, parahnya bisa depresi. Karena itu hanya akan membuat kita rugi sendiri.
Saat sudah pulang dari Jepang, mau kerja di pabrik negeri sendiri tidak masalah, mengikuti wawancara kerja yang lainnya pun tidak masalah, bahkan yang ingin berwirausaha sendiri menggunakan modal hasil dari magang di Jepang, atau akan melanjutkan sekolah lagi, atau akan kembali lagi ke Jepang pun sah-sah saja. Asalkan kita sudah selesaikan kontrak kita selama tiga tahun.
Yang perlu kita ingat selalu adalah kita wajib untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan, meskipun melalui berbagai perjuangan yang begitu berat. Bersyukur juga berapapun upah atau gaji yang kita terima saat magang di Jepang.
Karena banyak sekali yang mengidamkan dapat menjadi peserta magang di Jepang, banyak yang bisa lulus seleksi yang sedemikian rumit begitu. Meskipun banyak cacian, makian, omelan, dan sebagainya kita harus tetap kuat, harus tetap fokus pada tujuan awal kita. Karena menjadi peserta magang di Jepang, harus bekerja sangat jauh dari keluarga, merupakan impian banyak orang.
Jadi untuk apa kita mengeluh, untuk apa kita harus depresi. Karena pada dasarnya dimanapun tempatnya, pasti akan terdapat banyak masalah. Kita harus move on, harus tetap semangat dan tidak menyerah agar masa depan yang indah dapat tercapai.
Itulah beberapa serba serbi perjuangan menuju jepang yang patut selalu diingat. Sehingga kita dapat move on dari kisah sedih perjalanan berada di Jepang. Semoga tetap bertahan disana ya, menggapai mimpi indah dambaan semua orang.